- Pendahuluan
Setiap pengajar di sekolah pasti terlibat
dalam masalah kurikulum. Kurikulum yang ditentukan oleh pihak atasan, misalnya,
oleh Depdikbud masih berupa cetakan, jadi boleh dikatakan barang “mati”. Hanya
guru yang dapat memberi “hidup” kepada pedoman kurikulum yang diterbitkan itu.
Karena itu guru merupakan tokoh utama untuk mewujudkan kurikulum itu agar
terjadi perubahan kelakuan siswa menurut apa yang diharapkan.[1]
Agar hal itu terlaksana, guru harus
lebih dahulu memahami kurikulum agar dapat menyajikannya dalam bentuk
pengalaman yang bermakna bagi siswa. Jadi pada hakikatnya setiap kurikulum yang
formal yang dikeluarkan oleh pemerintah hanya dapat direalisasikan berkat usaha
guru.dan karena itu kurikulum seperti yang diwujudkan dalam kelas tak dapat
tiada selalu mengandung unsur kepribadian guru. Walaupun kurikulum itu dikatakan
“uniform” pelaksanaannya harus selalu melalui pribadi guru, jadi
mengandung perbedaan individual. Guru hanya dapat melaksanakannya menurut
persepsi masing-masing, yang mungkin ada perbedaannya dengan apa yang dimaksud oleh
para pengembang kurikulum pada tingkat atasan.[2]
Mutu pendidikan bergantung pada mutu
guru, dan mutu guru turut ditentukan oleh pemehamannya tentang seluk-beluk kurikulum.[3]
Prof. Dr. Soedijarto, M.A mengatakan
bahwa sekolah merupakan lembaga sosial
yang keberadaannya merupakan bagian dari sistem sosial negara bangsa. Ia
bertujuan untuk mencetak manusia susila yang cakap, demokratis,
bertanggungjawab, beriman,bertaqwa, sahat jassmani dan rohani, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, berkepribadian
yang mantap dan mandiri, dan lain sebagainya. Soedijarto lebih lanjut
mengatakan bahwa pencapaian itu akan
bisa diraih ketika ada suatu proses yang terencana dengan efisien, efektif, dan
relevan. Agar tujuan tersebut tercapai maka dibutuhkan kurikulum yang kuat,
baik secara infrastruktur maupun superstruktur.[4]
Prof. Dr. Soedijarto, M.A mengatakan
bahwa kurikulum memegang peran penting bagi pembangunan dan pembentukan sebuah
karakter bangsa. Bila dijelaskan lebih
detail, kurikulum itu menanamkan nilai-nilai nasionalisme terhadap anak-anak
bangsa sehingga mencntai bangsanya sebagaimana mencintai diri sendiri dan
keluarganya.[5]
- Landasan Teori
Tujuan
Kurikulum
Tujuan kurikulum pada hakikatnya adalah
tujuan dari setiap program pendidikan yang akan diberikan kepada anak didik.
Mengingat kurikulum adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan, maka tujuan
kurikulum harus dijabarkan dari tujuan umum pendidikan. Dalam sistem pendidikan
nasional, tujuan umum pendidikan dijabarkan dari falsafah bangsa, yakni
pancasila. Pendidikan nasional berdasarkan pancasila bertujuan meningkatkan
kualitas manusia Indonesia, yakni manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha esa, berbudi pekerti
luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab,
mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.[6]
Makna tujuan umum pendidikan di atas
pada hakikatnya membentuk manusia Indonesia yang bisa mandiri dalam konteks
kehidupan pribadinya, kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta
berkehidupan sebagai makhluk yang berketuhanan Yang Maha esa (beragama). Itulah
sebabnya manusia Indonesia yang diharapkan dan harus diupayakan melalui
pendidikan adalah manusia bermoral, berilmu, berkepribadian dan beramal bagi
kepentingan manusia, masyarakat, bangsa dan negara. Berdasarkan hakikat dari
tujuan di atas diturunkan atau dijabarkan sejumlah tujuan kurikulum mulai dari
tujuan kelembagaan pendidikan, tujuan setiap mata pelajaran atau bidang studi
sampai kepada tujuan-tujuan pengajaran. Rumusan tujuan kurikulum tersebut harus
terlebih dahulu ditetapkan sebelum menyusun dan menentukan isi kurikulim,
strategi pelaksanaan kurikulum dan penilaian/evaluasi kurikulum. Hal ini
dilakukan mengingat (a) tujuan berfungsi menentukan arah dan corak kegiatan
pendidikan (b) tujuan akan menjadi indikator dari keberhasilan pelaksanaan
pendidikan (c) tujuan menjadi pegangan dalam setiap usaha dan tindakan dari
para pelaksana pendidikan.[7]
Evaluasi
Kurikulum
Evaluasi kurikulum dimaksudkan menilai
suatu kurikulum sebagai program pendidikan untuk menentukan evisiensi,
efektivitas, relevansi, dan produktivitas program dalam mencapai tujuan
pendidikan.[8]
Efisiensi berkenaan dengan penggunaan
waktu, tenaga, sarana dan sumber-sumber lainnya secara optimal. Efektivitas
berkenaan dengan pemilihan atau penggunaan cara atau jalan utama yang paling
tepat dalam mencapai suatu tujuan. Relevansi berkenaan dengan kesesuaian suatu
program dan pelaksanaannya dengan tuntutan dan kebutuhan baik dari kepentingan
masyarakat maupun anak didik/siswa. Produktivitas berkenaan dengan optimalnya
hasil yanng dicapai dari suatu program.[9]
Kurikulum sebagai progam pendidikan
untuk anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan dapat dinilai dari
sudut sistem. Kurikulum sebagai sistem dapat diidentifikasi; (a) masukan atau
input program, (b) proses pelaksanaan program, (c) hasil atau output/outcome
program, dan (d) dampak dari program. Dari sudut ini maka ruang lingkup
atau objek dari evaluasi kurikulum adalah input, proses, output/outcome
dan dampak.[10]
Evaluasi kurikulum bertujuan memperbaiki
dan menyempurnakan program pendidikan untuk siswa dan strategi bagaimana
program itu harus dilaksanakan.[11]
Kurikulum
Terbaru
Kurikulum
Baru Pendidikan Akan Pangkas Jumlah Mata Pelajaran
Kurikulum
mendatang yang sedang disusun oleh pemerintah akan ditekankan pada model
pembelajaran tematik dan lebih mengarah pada pendidikan karakter.
Jakarta
(ANTARA News) - Kurikulum baru pendidikan nasional yang tengah dipersiapkan
pemerintah bersama tim penyusun nantinya akan memangkas jumlah mata pelajaran
menjadi lebih sedikit sehingga meringankan peserta didik, kata Wamendikbud bidang
Pendidikan Musliar Kasim.
"Jumlah
mata pelajaran yang banyak membebani siswa dan membuat siswa menjadi bosan.
Kurikulum mendatang yang sedang disusun oleh tim terdiri atas para pakar dan
tokoh pendidikan seperti Franz Magnis Suseno, Prof Juwono Sudarsono dan lainnya
akan ditekankan pada model pembelajaran tematik dan lebih mengarah pada
pendidikan karakter," kata Musliar dalam jumpa pers bersama Wamendikbud
bidang kebudayaan Wiendu Nuryanti terkait Gerakan Nasional Pembangunan Karakter
Bangsa di Jakarta, Kamis petang.
"Pendidikan
karakter akan lebih banyak dipelajari siswa di tingkat sekolah dasar dimulai
sejak dini, semakin tinggi jenjangnya pelajaran terkait pendidikan karakter
berkurang dan diganti dengan pelajaran keilmuan," kata Musliar dan
menambahkan perubahan kurikulum tersebut merupakan program besar Kemdikbud
dimulai sejak tahun 2010.
Sementara
itu, Wamendikbud bidang kebudayaan Wiendu Nuryanti mengatakan kurikulum yang
sedang dalam penyusunan tersebut diharapkan akan memberikan perubahan pada
model pembelajaran yang memberikan ruang gerak bagi siswa untuk berekspresi
seluas-luasnya.
"Pembangunan
karakter sebagai sentral dari pendidikan nasional akan disinergikan dengan
kebudayaan untuk menyebarkan virus pembangunan karakter dan targetnya bukan
hanya peserta didik tetapi juga guru dan masyarakat luas yang diwakili oleh
komunitas-komunitas seperti seniman dan budayawan dan sebagainya,"
katanya.
Penyusunan
kurikulum pendidikan nasional yang baru diharapkan rampung pada Februari 2013.
Sebelum disahkan dan diaplikasikan, pemerintah akan melakukan uji publik
terhadap rancangan kurikulum itu untuk memperoleh kritik dan masukan dari
masyarakat.[12]
Kemdikbud
saat ini telah membentuk dua tim, yakni tim pertama bertugas menyusun kurikulum
pendidikan dasar dan menengah. Adapun tim kedua bertugas menyusun kurikulum
pendidikan tinggi.
Tim
penyusun juga mengevaluasi kurikulum yang berlaku saat ini, seperti soal banyaknya
mata pelajaran yang harus dipelajari siswa, jam sekolah, hingga mencari
penyebab mengapa sering terjadi tawuran siswa, rendahnya kemampuan siswa
berbahasa asing, serta berbagai persoalan lain.
Gerakan Pembangunan Karakter
Gerakan Pembangunan Karakter
Lebih
lanjut Wamendikbud Wiendu Nuryanti menjelaskan rencana pemerintah untuk
melaksanakan kegiatan Gerakan Nasional Pembangunan Karakater Bangsa melalui
program penanaman nilai budaya di lingkungan sekolah yang dilaksanakan di 10
provinsi, antara lain DKI Jakarta, Aceh, Banten, Jawa Barat, NTB dan Maluku.
"Selain
menyasar sekolah, gerakan pembangunan karakter juga akan dilaksanakan kepada
masyarakat luas melalui Gerakan Bersih Desa Budaya yang difokuskan pada
desa-desa yang dengan tradisinya masih menjalankan dan menopang karifan lokal,
seperti budaya gotong royong," katanya.
Progam
Gerakan Bersih desa pada tahap awal sebagai proyek percontohan dilaksanakan di
enam daerah, yakni Laweyan, Lasem , Setu Babakan, Sasirangan, Pandesikek dan
Cuci Nagari Maluku, katanya.
(Z003/Z002)[13]
(Z003/Z002)[13]
Pada Tahun 2013: Akan Lahir Kurikulum Baru dan UN Tanpa Pengawas
1. Tahun Ajaran 2013/2014 Pemerintah Akan Menerapkan Kurikulum Baru
Pada
tahun 2013 dunia pendidikan akan melahirkan terobosan yang baru yaitu akan
lahir kurikulum yang baru (kurikulum 2013?). Sepertinya kurikulum yang akan
lahir nanti menitik beratkan pada nilai prilaku, nilai kepribadian, budi
pekerti luhur atau lebih dikenal dengan pendidikan karakter yang bermartabat.
Saya tidak tahu latar belakangnya mengapa nilai-nilai tersebut lebih diutamakan
mulai tahun 2013, apakah tahun-tahun sebelumnya tidak ditanamkan? Coba kita
lihat pendidikan di TK sudah lebih dulu menanamkan nilai-nilai karakter
tersebut, atau ada dampak lain dari lulusannya yang tidak melaksanakan
niai-nilai karakter? Ah enjoy saja deh.
Saya sangat setuju dengan konsep
Mendikbud dalam merancang kurikulum baru untuk lebih mempertajam nilai-niai
karakter berkonsultasi dengan pihak pondok pesantren. Sehingga Mendikbud
sangat mengharapkan masukan dari pada kiayai. Memang ponpes memiliki
pengalaman yang sangat luar biasa terkait pendekatan kurikulum yang digunakan.
Pesantren memiliki pengalaman yang luar biasa dalam menanamkan nilai dan
membentuk karakter santrinya.
Ada pandangan dari para tokoh mengenai
kurikulum pendidikan nasional bahwa kurikulum pendidikan saat ini lebih
terfokus pada penajaman kemampuan kognitif dan cenderung meremehkan nilai dasar
dari ilmu itu sendiri, yakni perilaku dan karakter. Mata pelajaran kognitif
dinilai sampai detail, sedangkan untuk perilaku nilainya hanya menggunakan
huruf, sekelas bisa punya nilai sama.
Untuk diketahui, pemerintah tengah
serius mematangkan kurikulum pendidikan nasional yang baru. Rencananya,
kurikulum itu akan mulai digunakan mulai tahun ajaran 2013-2014.[14]
2. (Mulai) Tahun 2013 Ujian Nasional Tanpa Pengawas Ruangan (?)
(Mulai) tahun 2013 Ujian Nasional akan
20 paket/ruang, artinya tiap peserta UN akan menerima soal yang berbeda. Dan
(mulai) tahun 2013 ruang Ujian Nasional tanpa pengawas.
Keberadaan 20 paket UN tiap ruang
mungkin dilatarbelakangi dengan adanya kecurangan pada pelaksanaan UN, sehingga
tiap peserta dengan 20 paket tidak akan saling mencontek. (apakah benar dengan
paket UN: 2 paket kemudian 5 paket, peserta UN semuanya saling mencontek dengan
paket yang sama?). Saya setuju saja paket UN berapapun karena saya
percaya bobot soal seimbang dan mengacu pada kisi-kisi jadi tidak masalah dan
itu untuk menguji kemampuan hasil belajar siswa secara kognitif.
Dengan adanya 20 paket tiap ruang maka
dipredikasi tidak
akan ada pengawas ruang UN, memang pada pelaksanaan UN tahun-tahun
sebelumnya pengawas sangat diperlukan dan ada kesan “pengawasan yang ketat”,
dengan adanya pengwas UN dari luar sekolah maka seolah-olah pihak sekolah tidak
dipercaya untuk melaksanakan UN. Namun katanya masih ada kecurangan UN.
Semoga niat baik pemerintah pada tahun
2013 dapat berjalan dengan lancar, dan kita sikapi sebagai kebangkitan
pendidikan di abad modern dengan “Semangat
Menanamkan Nilai-Nilai Kejujuran“.
Jika UN benar-benar tanpa pengawas
ruangan, maka akan sama jika para siswa dilatih mengerjakan soal ulangan harian
secara online dengan menggunakan LMS, yang diperlukan hanya pengawas ruangan
untuk menjaga kelancaran koneksi, dan tipe soal pun bisa otomatis diset
sejumlah peserta atau sejulah soal kali jumlah option.[15]
Kurikulum baru
pendidikan nasional yang tengah dipersiapkan pemerintah bersama tim penyusun
nantinya akan memangkas jumlah mata pelajaran menjadi lebih sedikit sehingga
meringankan peserta didik, kata Wamendikbud bidang Pendidikan Musliar Kasim.
"Jumlah
mata pelajaran yang banyak membebani siswa dan membuat siswa menjadi bosan.
Kurikulum mendatang yang sedang disusun oleh tim terdiri atas para pakar dan
tokoh pendidikan seperti Franz Magnis Suseno, Prof Juwono Sudarsono dan lainnya
akan ditekankan pada model pembelajaran tematik dan lebih mengarah pada
pendidikan karakter," kata Musliar dalam jumpa pers bersama Wamendikbud
bidang kebudayaan Wiendu Nuryanti terkait Gerakan Nasional Pembangunan Karakter
Bangsa di Jakarta, Kamis petang.
"Pendidikan
karakter akan lebih banyak dipelajari siswa di tingkat sekolah dasar dimulai
sejak dini, semakin tinggi jenjangnya pelajaran terkait pendidikan karakter
berkurang dan diganti dengan pelajaran keilmuan," kata Musliar dan
menambahkan perubahan kurikulum tersebut merupakan program besar Kemdikbud
dimulai sejak tahun 2010.
Sementara itu,
Wamendikbud bidang kebudayaan Wiendu Nuryanti mengatakan kurikulum yang sedang
dalam penyusunan tersebut diharapkan akan memberikan perubahan pada model
pembelajaran yang memberikan ruang gerak bagi siswa untuk berekspresi
seluas-luasnya.
"Pembangunan
karakter sebagai sentral dari pendidikan nasional akan disinergikan dengan
kebudayaan untuk menyebarkan virus pembangunan karakter dan targetnya bukan
hanya peserta didik tetapi juga guru dan masyarakat luas yang diwakili oleh
komunitas-komunitas seperti seniman dan budayawan dan sebagainya,"
katanya.[16]
Penyusunan
kurikulum pendidikan nasional yang baru diharapkan rampung pada Februari 2013.
Sebelum disahkan dan diaplikasikan, pemerintah akan melakukan uji publik
terhadap rancangan kurikulum itu untuk memperoleh kritik dan masukan dari
masyarakat.
Kemdikbud saat
ini telah membentuk dua tim, yakni tim pertama bertugas menyusun kurikulum
pendidikan dasar dan menengah. Adapun tim kedua bertugas menyusun kurikulum
pendidikan tinggi.
Tim penyusun
juga mengevaluasi kurikulum yang berlaku saat ini, seperti soal banyaknya mata
pelajaran yang harus dipelajari siswa, jam sekolah, hingga mencari penyebab
mengapa sering terjadi tawuran siswa, rendahnya kemampuan siswa berbahasa
asing, serta berbagai persoalan lain.
Kurikulum Pendidikan Nasional 2013
merupakan revisi kurikulum 2006 yang akan lebih mengarah ke pembangunan
karakter. Kurikulum
baru ini akan diberlakukan untuk tahun ajaran 2013-2014 mulai dari tingkat
pendidikan dasar sampai kepada jenjang pendidikan tinggi.
Pelajaran siswa pada kurikulum
baru 2013 nantinya akan lebih ditekankan pada konten. Proses pembelajaran nanti
bersifat lebih tematik dan ke depan akan lebih banyak dipelajari siswa di
tingkat SD. Pendidikan karakter akan lebih banyak di SD, semakin naik pelajaran
pendidikan karakter berkurang dan diganti dengan pelajaran keilmuan.[17]
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
menilai pendidikan Indonesia sudah sangat membosankan. Untuk itu, sudah saatnya
mengevaluasi dan mengubah kurikulum pendidikan nasional. Evaluasi, dilakukan
secara menyeluruh dengan mempertimbangkan empat standar pendidikan, yaitu
standar kompetensi kelulusan, standar isi, standar proses, dan standar
evaluasi.
Dalam pembahasan kurikulum pendidikan nasional
2013, Kemendikbud akan melibatkan tokoh-tokoh Nasional seperti
Rektor Universitas Paramadina, Anies Basweda, Gunawan Muhammad,
tokoh agama, tokoh sastra serta yang lainnya. Perubahan kurikulum ini merupakan
program besar dari Kemendikbud yang sudah dibahas sejak tahun 2010.
Kurikulum Pendidikan Nasional 2013
Perubahan kurikulum baru 2013 ini harus
dibarengi peningkatan kualitas pendidik. Kurikulum
penting tapi guru lebih penting. Jikalau guru tidak maksimal, hasilnya juga
tidak akan maksimal. Guru dituntut tidak hanya menjadi pengajar di kelas tapi
juga inspirator bagi siswanya. Guru sebagai inspirator ini akan menjadi
lompatan penting dunia pendidikan. Dengan bahan-bahan pelatihan yang ada
diharapkan guru sebagai inspirator akan muncul. Guru sebagai inspirator, bisa
menerobos ruang waktu dan kurikulum bertahun-tahun.
Kurikulum pendidikan nasional tidak akan pernah sempurna.
Pasalnya, perkembangan pendidikan harus menyesuaikan dengan tuntutan
perkembangan zaman. Kurikulum baru 2013, jumlah mata pelajaran akan berkurang
dan pola pengajarannya akan semakin mudah. Intinya, bagaimana menciptakan
kurikulum pendidikan yang tidak membosankan dan membebani murid dan pengajar.[18]
- Analisis
Dari pembahasan diatas pemakalah dapat
menyimpulkan bahwa : kurikulum 2013 yang akan direalissikan oleh pemerintah
bahwa mulai th 2013/2014 kurikulum yang mulanya berbasis kompetensi KTSP
menjadi kurikulum berbasis karakter.
Selain
itu juga mulai th 2013/2014 pemerintah akan mengubah sistematika ujian nasional
yang mulanya dalam setiap ruangan ada dua pengawas, kini tanpa pengawas dan yang dulu dalam setiap
ruangan ada 2 soal yang berbeda, kini setiap ruangan ada 20 peserta ujian yang
berbeda soal. Jadi sekarang tidak ada kesempatan untuk mencontek dan kerjasama antar siswa.
Pada kurikulum yang akan datang jumlah
mata pelajaran lebih sedikit dibandingkan kurikulum sebelumnya. Yaitu dengan
menghilangkan beberapa mata pelajaran. sedangkan dalam tingkatan SMA sederajat tidak akan ada
pemetaan jurusan, jadi semua sama rata tidak ada yang dianak emaskan. yang
dulunya anak IPA lebih diutamakan, sekarang semua dianggap sama.
- DAFTAR PUSTAKA
S.
Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2006
Moh Yasin, Manajement Mutu Kurikulum
Pendidikan, Diva Press, Yogyakarta, 2009
Nana Sudjana, Pembinaan dan
Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Sinar Baru Algensindo, Bandung, 2008
0 komentar:
Posting Komentar